Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) menjadi bagian tim penelitian Program Katalisator Kemitraan Berdikari Tahun 2024-2025 yang digawangi oleh Politeknik Negeri Padang (PNP) sebagai perguruan tinggi penerima hibah. Penelitian yang bertajuk “ “ Inovasi Mesin Untuk Peningkatan Produksi dan Penjualan Oleh-Oleh Kuliner Khas Ranah Minangmerupakan lanjutan dari kegiatan Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan inovasi Berbasis POtensi Daerah Provinsi Sumatera Barat dari Dirjen VokasiKemdikbudristek dengan pendanaan dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Kementerian Keuangan tahun 2023-2024.
Tim peneliti merupakan kolaborasi multidisiplin ilmu dari dua perguruan tinggi angota Konsorsium Kemitraan yaitu PNP dan PPNP dengan menggandeng IPB University sebagai perguruan tinggi mitra. Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Nurul Fauzi SE.,MM.,Ak merupakan dosen dari Jurusan Akuntansi PNP Bersama sejumlah anggota yaitu Firmansyah.,ST.,MT dan Haris.,S.Pd.,MT dari PNP, Dr. Iis Ismawati S.Hut.,M.Si dan Dr. Nova Sillia.,S.Pt.,MM dari PPNP serta Dr. Dwi Setyaningsing.,S.TP.,MS dari IPB University. Kolaborasi ini juga melibatkan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Elektro PNP.
Salah satu rangkaian kegiatan penelitian adalah penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) yang berhasil di gelar pada tanggal 1-2 Mei 2025 di Hotel Grand Royal Denai Bukitinggi yang dihadiri oleh mitra UMKM Rendang dan Dakak-Dakak. Diskusi ini bertujuan untuk menyusun dokumen bisnis mesin retort dan mesin pencetak dakak-dakak yang sesuai dengan kebutuhan user.
Dalam sambutannya, Nurul Fauzi menyatakan bahwa penelitian ini merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian tahun pertama terkait dengan pemetaan kebutuhan pelaku oleh-oleh kuliner unggulan di Minang dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Beberapa mesin yang sangat dibutuhkan adalah Retort dan mesin Pencetak Daka-dakak sebagai oleh-oleh khas dari Simabur tanah datar. FGD menjadi langkah strategis untuk memahami lebih dalam spesifikasi mesin seperti apa yang menjadi kebutuhan mitra agar dapat meningkatkan kualitas produknya. Sehingga peneliti dalam menyusun prototype kedua mesin yang akan diproduksi tersebut memang benar-benar sesuai kebutuhan user nantinya.
FGD ini difokuskan pada penyusunan Business Model Canvas (BMC) sebagai alat manajemen strategis yang digunakan untuk merancang dan menjelaskan model bisnis mesin retort dan mesin pencetak dakak-dakak yang sedang diproduksi saat ini. Mitra dipandu untuk dapat memberikan masukan berdasarkan 9 elemen kunci yang saling berhubungan, mulai dari keys partnership, key activities, key resources, customer relationship, channels, value propositions, customer segments, cost structure dan Revenue streams.
Dalam diskusi ini, terungkap bahwa mesin retort yang ada di pasaran saat ini masih terdapat kekurangan seperti kapasitas yang besar sehingga tidak terjangkau oleh pengusaha rendang yang produksinya masih kecil, kemudian dibutuhkan waktu yang lama dalam mendistribusikan panas membuat boros bahan bakar dan model sekat yang kurang fleksibel menyebabkan produk menumpuk dan panas menjadi tidak merata. Sementara untuk mesin pencetak dakak-dakak memang belum ada di pasaran, sehingga inovasi yang ditawarkan dalam penelitian ini menjadi harapan besar bagi produsen yang selama ini masih mencetak nya secara manual. “Kami sangat kesulitan dalam mencari tenaga kerja pencetak dakak-dakak terutama saat pesanan meningkat seperti bulan puasa, dengan adanya mesin ini akan menjadi Solusi dalam mengurangi biaya tenaga kerja sekaligus meningkatkan kapasitas produksi usaha kami” kata deny pemilik dakak-dakak Dua Putri dari Simabur Tanah Datar.
Menurut Hera pemilik usaha rendang Dapur Bundo N-3 dari kabupetan Agam menambahkan bahwa mesin retort ini tidak saja berguna bagi pengusaha rendang tapi juga produk-produk olahan kuliner Minang lain yang sifatnya basah seperti gulai itiak lado hijau seperti yang kami produksi saat ini. Kedepan nya beragam aneka kuliner khas Minang lainnya seperti gulai tunjang, pangek cubadak pun bisa menjadi oleh-oleh seperti produk rendang.
Menurut Nurul fauzi, Kegiatan penelitian ini menunjukkan peran pendidikan tinggi dalam membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk oleh-oleh dan kuliner khas Minang. Sehingga produk UMKM Sumatera barat bisa naik kelas dan mampu menembus pasar ekspor. Saat ini kami masih dalam tahap penyusunan prototype, setelah mesin selesai diproduksi dan dilakukan pengujian Performance, uji verifikasi dan uji kelayakan diharapkan ini akan menjadi produk unggulan Teaching Factory dari Politeknik Negeri Padang yang dapat dipabrikasi dan dipasarkan ke para pelaku UMKM yang membutuhkan. Inovasi mesin yang kami rancang ini memang lebih ditujukan untuk usaha kecil sehingga kapasitasnya tidak terlalu besar dan harganya lebih terjangkau.